Awal Tahun Baru Kota dan Optimisme

Karena malamnya tidak ada perayaan yang signifikan di tempat tinggal dalam rangka menyambut tahun baru, maka pada hari Sabtunya, kami sengaja keluar untuk melihat dan mengamati bagaimana di hari pertama pada tahun baru ini.  Kami sengaja memantau titik-titik destinasi banyak orang untuk melihat seberapa antusias mereka mengawali tahun ini. Observasi kami menggunakan dua pendekatan, yang pertama melalui peta online yang menyajikan data perjalanan dan dititik tujuan.  Sedangkan yang kedua menggunakan observasi langsung ada beberapa tempat yang dekat tempat tinggal kami.

Apa yang kita dapatkan pada dua titik amatan itu memang sesuai dengan apa yang diperkirakan sejak awal. Masyarakat begitu gembira dan penuh sukacita menyambut tahun baru ini setelah tahun lalu  kebanyakan tidak bisa merayakan dengan selebrasi dan kegembiraan bersama. Mereka merayakan hal ini pada berbagai ruang pertemuan yang berkelas tinggi (mewah dan terbatas) sampai kelas pinggir jalan, yang biasanya menjadi tujuan dari kelas menengah bawah.

Di Bogor sebagai salah satu destinasi banyak orang,  hampir di semua titik  dipenuhi oleh orang-orang yang sengaja keluar rumah untuk makan bersama,  kumpul-kumpul atau berwisata. Mereka membawa keluarganya teman-temannya,  atau orang-orang yang dirasakan penting bertemu & berkumpul untuk membicarakan banyak hal di awal tahun.  Ada Kegembiraan yang terpancar dalam setiap pertemuan itu;  juga ada optimisme yang hadir yang itu divisualisasikan dengan semangat yang muncul pada perkumpulan tersebut.

Kota adalah cerminan peradaban. Masyarakat kota meski diisi dengan berbagai latar belakang yang tidak sama, visi yang beragam, maupun tata cara dan orientasi hidup yang berbeda-beda, namun bisa dilihat bahwa mereka seperti digerakkan oleh energi yang sama, yakni  mengisi ruang kota dengan nilai nilai yang mencerminkan indahnya kebersamaan,  harmoni,  semangat dan perasaan batin yang kemudian dituangkan dalam berbagai karya,  yang memperkaya dan memberikan nilai Indah pada suatu kota.

Memang pandemi telah menghantam  kota sedemikian rupa, sehingga meluluhlantakkan banyak hal yang terkait dengan orang kota. Namun jika melihat bagaimana kondisi di lapangan,  pada awal tahun baru ini,  ternyata pandemi tidak cukup membuat warga kota untuk “menyerah”.  Alih-alih mereka menyerah,  yang ada justru mereka menunjukkan suatu optimisme dalam kebersamaan yang Indah.

 Masyarakat kota seakan tidak lagi terasa terbebani dengan budaya baru yang ditampilkan pada setiap destinasi. Cek suhu, bermasker, akses scan peduli lindungi,  mau pun sejumlah ketentuan lain yang merupakan bagian dari new normal ,  diikuti dengan baik.  Mereka seakan akan ingin menyebutkan bahwa,  kita sudah siap memasuki era baru yang tentu jauh lebih kuat tetapi adaptif pada situasi. Dari sini kita bisa menangkap bahwa optimisme ini pun merupakan bagian yang kemudian menjadikan kita sebagai bangsa mampu melewati pandemi ini dengan sukses,  meski realitasnya belum selesai.

Lalu bagaimana kota-kota melalui tahun 2022? Jika  hari pertama menjadi modal budaya dan modal sosial akan memberikan cerminan dan gambaran di masa mendatang, maka kota-kota akan menampilkan diri sebagai berikut:

Pertama , masyarakat kota akan semakin siap dengan budaya baru di berbagai tempat, baik itu tempat bekerja,  tempat berwisata, maupun di ruang lain yang kemudian menjadi tempat banyak orang berinteraksi. Budaya baru tidak akan menjadi penghalang,  justru sebaliknya akan menjadi pemicu bahwa mereka bukan entitas yang mudah menyerah apalagi kalah dalam proses dan perjuangan melewati masa wabah ini.

Kedua , kota-kota  akan semakin kompetitif karena orang orang di dalamnya harus mengeluarkan energi atau effort jauh lebih banyak dari sebelumnya. Hari ini dikarenakan sebagian dari institusi bisnis belum sepenuhnya pulih,  sehingga mereka akan menjadi lembaga yang kemudian sangat selektif dalam memilih sumber daya manusia yang akan mengisi ruang dan lembaga bisnisnya. Akibatnya orang orang pun akan dituntut untuk lebih berkualitas dan kemudian bisa menjadi bagian dari satu lembaga bisnis yang sedang berjalan di masa ini.

Ketiga , akan ada banyak inovasi baru yang ditawarkan kepada publik,  yang kemudian dalam beberapa hal akan semakin memperkuat budaya baru dalam kehidupan masyarakat kota.  Inovasi-inovasi itu akan hadir melengkapi kebutuhan banyak pihak untuk membantu beragam kesibukan dalam pekerjaannya. Misalnya sistem pembelajaran maupun peningkatan skill yang disampaikan secara online atau dua hari akan semakin semarak,  karena temuan untuk meningkatkan kualitas dari proses pembelajaran tersebut tumbuh tidak kalah cepat.  Beragam inovasi ini akan memberikan kepastian kepada masyarakat baik sebagai individu maupun bagian dari suatu lembaga,  bagaimana tata cara bekerja yang baik dan berkualitas di masa new normal ini bisa sangat dinamis.

Keempat ,  dengan aksesibilitas terhadap informasi yang semakin kuat dan besar,  maka pertumbuhan dari sistem kerja dengan cara cara yang baru akan semakin cepat dan besar.  Sehingga para pemain lama,  jika mereka tidak sanggup untuk beradaptasi dengan kebutuhan aktual,  maka sudah pasti bisa mengalami kebangkrutan atau stuck sampai tidak mengetahui kapan berakhir.

Kelima ,  informasi akan menjadi basis bagi banyak individu maupun kelompok orang, untuk mengambil suatu keputusan termasuk keputusan keputusan yang sangat strategis,  akan dipengaruhi oleh dinamika komunikasi.  Pertimbangan pertimbangan komunikasi,  yang didukung dengan data real time, akan semakin kuat memberikan pengaruh kepala tata kelola kebijakan maupun kehidupan harian masyarakat. Dari kelima bacaan atas realitas atau fenomena yang sedang berlangsung, maka menjadi cukup wajar jika kemudian banyak dari warga kota merasa optimis memasuki tahun 2022 ini. Sebab hal-hal yang dibutuhkan mereka saat ini, termasuk apa yang disampaikan di atas, sejatinya sudah tersedia dan bahkan telah menjadi bagian dari kebudayaan mereka.

Telah terbit: https://rm.id/baca-berita/nasional/107873/awal-tahun-baru-kota-dan-optimisme

Dr. Tantan Hermansah, pengampu MK Sosiologi Perkotaan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Anggota Komisi Infokom MUI Pusat

Tinggalkan Balasan